Pertempuran Midway: Kemenangan yang Ditentukan oleh Sandi Rahasia

Midway Atoll, Juni 1942 — Banyak orang mengingat Pertempuran Midway sebagai pertempuran laut epik antara Amerika Serikat dan Kekaisaran Jepang. Namun, yang jarang diketahui publik adalah bahwa kemenangan Amerika bukan semata karena kekuatan militer, melainkan keberhasilan membongkar pesan rahasia Jepang sebelum pertempuran dimulai.
Pertempuran yang Menentukan Arah Perang.
Midway terjadi hanya enam bulan setelah serangan Jepang ke Pearl Harbor. Jepang ingin menghabisi sisa kekuatan laut AS dan menguasai Pulau Midway untuk memperluas wilayahnya di Pasifik. Tapi rencana itu gagal total.
Amerika Serikat, lewat Unit Intelijen Angkatan Laut yang dipimpin Joseph Rochefort, berhasil membobol sistem sandi Jepang, yang dikenal sebagai kode JN-25. Melalui pesan-pesan yang berhasil dipecahkan, AS mengetahui bahwa Jepang akan menyerang titik yang disebut “AF” yang kemudian dipastikan sebagai Pulau Midway.
Tipuan yang Mengubah Sejarah.
Untuk memastikan bahwa “AF” adalah Midway, tim intelijen AS mengatur agar Midway mengirimkan pesan radio palsu tentang kekurangan air. Beberapa jam kemudian, sandi Jepang menyebut “AF kehabisan air” membuktikan dugaan mereka benar.
Dengan informasi itu, armada laut AS menyiapkan penyergapan. Meskipun kalah jumlah, mereka tahu kapan dan dari mana Jepang akan datang.
Kekalahan Telak Armada Jepang.
Pada 4–7 Juni 1942, empat kapal induk utama Jepang Akagi, Kaga, Soryu, dan Hiryu dihancurkan oleh pesawat-pesawat Amerika dari USS Enterprise dan Yorktown. Sebaliknya, AS hanya kehilangan satu kapal induk besar, USS Yorktown.
Ini bukan hanya kekalahan fisik, tapi juga psikologis dan strategis bagi Jepang. Mereka kehilangan pilot terbaik dan kapal induk yang sulit diganti.
Warisan yang Terlupakan.
Midway sering disebut sebagai titik balik Perang Pasifik. Namun, peran intelijen jarang mendapat sorotan sebesar pertempuran itu sendiri. Sejarawan militer modern menilai bahwa Pertempuran Midway dimenangkan di ruang sandi sebelum satu pun torpedo diluncurkan.
“Jika bukan karena keberhasilan membaca kode JN-25, hasilnya bisa sangat berbeda,” kata sejarawan John Parshall.

