Lahir di Jepang, Viral di Dunia: Perjalanan Panjang Emoji

Jakarta, 16 Juli 2025 – Emoji kini menjadi bagian penting dalam komunikasi digital sehari-hari. Digunakan untuk menyampaikan emosi, tanggapan, hingga sindiran, emoji telah melampaui fungsinya sebagai sekadar simbol lucu.
Namun tak banyak yang tahu, emoji pertama kali muncul di Jepang lebih dari dua dekade lalu.
Diciptakan oleh Insinyur Jepang
Emoji pertama kali dikembangkan pada tahun 1999 oleh Shigetaka Kurita, seorang insinyur dari perusahaan telekomunikasi Jepang NTT DoCoMo. Kurita menciptakan 176 ikon kecil beresolusi 12x12 piksel untuk digunakan dalam layanan pesan seluler.
Tujuan awalnya sederhana: memberikan ekspresi tambahan dalam komunikasi teks agar lebih personal dan tidak kaku.
"Orang Jepang terbiasa menyampaikan perasaan secara tidak langsung. Emoji membantu menyampaikan maksud tanpa harus menuliskannya panjang lebar," ujar Kurita dalam sebuah wawancara tahun 2018.
Jadi Fenomena Global
Emoji mulai dikenal secara global ketika Apple menambahkan keyboard emoji di perangkat iPhone pada tahun 2011. Sejak saat itu, emoji menjadi bagian standar dalam hampir semua platform digital, termasuk WhatsApp, Facebook, Instagram, dan Twitter.
Saat ini, emoji dikelola oleh lembaga bernama Unicode Consortium, yang setiap tahun merilis emoji baru berdasarkan usulan dari masyarakat umum maupun perusahaan teknologi.
Total, kini terdapat lebih dari 3.600 emoji yang bisa digunakan di berbagai perangkat dan sistem operasi.
Punya Hari Peringatan Sendiri
Kepopuleran emoji bahkan membuatnya memiliki hari perayaan tersendiri: World Emoji Day, yang jatuh setiap tanggal 17 Juli. Tanggal ini dipilih karena merupakan tampilan kalender standar pada emoji 📅 di banyak platform.
Pada tahun 2015, emoji "😂" (Face with Tears of Joy) dinobatkan sebagai “Word of the Year” oleh Oxford Dictionaries, menunjukkan besarnya pengaruh emoji dalam budaya populer modern.
Bukan Sekadar Hiasan
Di era digital saat ini, emoji tak lagi dianggap remeh. Banyak perusahaan, tokoh publik, dan bahkan lembaga pemerintahan mulai menggunakan emoji untuk memperkuat komunikasi di media sosial.
Meski demikian, penggunaan emoji juga bisa menimbulkan perbedaan tafsir antar budaya, sehingga pemakaian yang bijak tetap diperlukan
Editor: Ryan Arif Maulana
Sumber: Unicode.org, BBC, Wired, The Verge
